Rabu, 23 April 2014

Negara Singapura


Catatan sejarah awal Singapura masih belum dapat dipastikan keabsahannya, sebuah catatan dari Bangsa Tionghoa pada abad ketiga menyebutnya sebagai "Pu-luo-chung", atau "pulau di ujung semenanjung ". Kemudian, kota pulau ini disebut sebagai Temasek ("Kota Laut"), sejalan ketika pemukiman pertama didirikan pada tahun 1298-1299 Masehi. 

Pada abad ke-14, pulau kecil berlokasi strategis ini mendapatkan julukan baru. Menurut legenda, Sang Nila Utama, seorang Pangeran dari Palembang (ibukota kerajaan Sriwijaya), sedang berburu ketika matanya tertuju pada seekor hewan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Menganggap hal ini sebagai sebuah pertanda baik, beliau kemudian mendirikan sebuah kota di mana hewan itu ditemukan, dan menamainya "Kota Singa” atau Singapura, yang diambil dari bahasa Sansekerta "simha" (singa) dan "pura" (kota).
Pada masa itu, Singapura diperintah oleh lima raja Singapura kuno. Terletak di ujung Semenanjung Melayu, Singapura merupakan titik pertemuan alami rute pelayaran, pulau ini juga berfungsi sebagai pusat perdagangan berbagai kapal laut yang berkembang pesat, mulai dari kapal tradisional  dari negeri Cina, kapal dagang India, kapal layar Arab, kapal perang Portugis, hingga perahu layar Bugis.
Periode terpenting  dalam catatan sejarah Singapura berikutnya adalah selama abad ke-19, ketika Singapura modern didirikan. Pada saat itu, Singapura sudah menjadi pusat perdagangan yang berpotensi besar di sepanjang Selat Malaka, dan Inggris pun menyadari perlunya untuk memiliki pelabuhan di kawasan ini, di mana para pedagang Inggris memerlukan sebuah tempat strategis untuk mengisi perbekalan, tempat singgah untuk melindungi armada niaga kerajaannya yang berkembang pesat, serta untuk menahan gerak maju Belanda memasuki kawasan ini.
Pada saat itu Letnan-Gubernur Bencoolen (sekarang disebut Bengkulu) dari Sumatera, Sir Thomas Stamford Raffles mendarat di Singapura pada tanggal 29 Januari 1819, setelah menjelajahi pulau-pulau di sekitarnya.
Menyadari besarnya potensi pulau yang tertutup rawa ini, ia pun membantu untuk melakukan perundingan dengan penguasa setempat, untuk menjadikan Singapura sebagai sebuah pusat perdagangan. Tak lama, kebijakan perdagangan bebas di pulau ini pun berhasil menarik para pedagang dari seluruh Asia dan dari negeri-negeri jauh seperti Amerika dan Timur Tengah.
Di tahun 1832, Singapura menjadi pusat pemerintahan untuk sekelompok wilayah kekuasaan atau Negeri-Negeri selat, yang terdiri dari Penang, Malaka, dan Singapura. Dengan dibukanya Terusan Suez di tahun 1869, dan penemuan telegraf serta kapal uap, peran Singapura sebagai pusat perdagangan yang menggabungkan antara dunia Timur dan Barat meningkat sangat pesat antara tahun 1873-1913. Kemudian di tahun 1860, negeri yang sedang berkembang ini kemudian memiliki populasi yang telah tumbuh pesat dari hanya 150 penduduk pada tahun 1819, menjadi 80.792 penduduk, di mana, sebagian besar terdiri dari etnis Tionghoa, India, dan Melayu.
Namun, perdamaian dan kemakmuran negeri ini menderita pukulan berat selama Perang Dunia II, ketika diserang oleh pesawat udara Jepang pada tanggal 8 Desember 1941. Walau dahulu dianggap sebagai benteng yang tak terkalahkan, Singapura pun jatuh dalam penyerbuan Jepang pada tanggal 15 Februari 1942. Negeri ini kemudian menjadi jajahan Jepang selama tiga setengah tahun ke depan, .
Ketika Jepang menyerah di tahun 1945, negara ini kemudian diambil alih oleh Pemerintahan Militer Inggris, dan tetap dalam kekuasaan Inggris hingga kemudian Negeri-Negeri Selat yang terdiri dari Penang, Melaka, dan Singapura dibubarkan. Pada bulan Maret 1946, Singapura menjadi negara Koloni Kerajaan Inggris.
Sejalan dengan tumbuhnya rasa nasionalisme, tahun 1959, berdirilah pemerintah independen Singapura dengan dilakukannya pemilihan umum pertama di negeri ini. People’s Action Party (PAP) memenangkan mayoritas 43 kursi dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Singapura. Di tahun 1961, Malaysia mengajukan usulan untuk bergabung menjadi satu antara Singapura, Negera Federasi Malaya, Sarawak, Borneo Utara dan Brunei . Pada sebuah referendum yang dilakukan di Singapura pada tahun 1962 menghasilkan mayoritas dukungan suara bergabung dengan Malaysia. Selanjutnya Malaysia terbentuk di tahun 1963 yang terdiri dari Negara Federasi Malaya, Sarawak, Singapura dan Borneo Utara (sekarang disebut Sabah). Namun, persatuan ini terbukti tidak berhasil, dan kurang dari dua tahun kemudian tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura berpisah dengan Malaysia untuk menjadi negara demokratis yang merdeka dan berdaulat.
Saat ini, Anda dapat mempelajari warisan sejarah Singapura yang kaya, dengan mengunjungi banyak monumen nasional, museum, dan monumen peringatan yang berada di seluruh kota ini. Dalam perjalanan wisata Anda ke Singapura, jangan lupa untuk berjalan-jalan di salah satu jejak sejarah yang begitu banyak, dan kunjungilah bangunan-bangunan yang terkenal saat berwisata ke Singapura .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar