Burundi merupakan sebuah kerajaan merdeka sejak abad ke-16.
Asal-muasal kerajaan Burundi sendiri masih diselimuti mitos. Menurut beberapa
legenda, Ntare Rushatsi, pendiri dinasti pertama, datang dari Rwanda pada abad ke-17;
sumber-sumber lain yang lebih tepercaya memberikan kemungkinan bahwa Ntara
berasal dari Buha, di tenggara, dan mendirikan kerajaannya di wilayah Nkoma.
Hingga jatuhnya kerajaan pada tahun 1966, ia merupakan salah satu taut terakhir dengan sejarah
Burundi di masa lalu.
Pada tahun 1903,
Burundi menjadi jajahan Jerman dan diserahkan kepada Belgia pada Perang
Dunia II. Ia kemudian menjadi bagian dari mandat Liga Bangsa-Bangsa Belgia, Ruanda-Urundi pada tahun 1923, dan kemudian
Wilayah Kepercayaan PBB
di bawah otoritas Belgia setelah Perang Dunia II.
Sejak merdeka pada tahun 1962 hingga pemilu pada tahun 1993, Burundi dikuasai
serangkaian diktator militer, seluruhnya dari kelompok minoritas Tutsi. Periode
tersebut dipenuhi kerusuhan etnis termasuk kejadian-kejadian besar pada tahun 1964, 1972 dan akhir 1980-an. Pada
tahun 1993, Burundi
mengadakan pemilu demokratis pertamanya, yang dimenangi Front untuk
Demokrasi di Burundi (FRODEBU) yang didominasi suku Hutu. Pemimpin FRODEBU Melchior Ndadaye menjadi
presiden Hutu Burundi pertama, namun beberapa bulan kemudian dia dibunuh
sekelompok tentara Tutsi. Pembunuhan ini lalu mengakibatkan terjadinya perang
saudara.
Perang saudara antar suku Hutu dan Tustsi terus berlanjut hingga tahun 1996, saat mantan
presiden Pierre Buyoya mengambil alih
kekuasaan dalam suatu kudeta. Antara tahun 1993 dan 1999, perang antaretnis
antara suku Tutsi
dan Hutu telah
mengakibatkan korban sebanyak 250.000 jiwa. Pada Agustus 2000, persetujuan
damai ditandatangani hampir seluruh kelompok politik di Burundi yang
menjelaskan rencana menuju perdamaian. Kemudian pada tahun 2003, gencatan
senjata disetujui antara pemerintah Buyoya dan kelompok pemberontak Hutu
terbesar, CNDD-FDD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar