1. AZERBAIJAN KUNA
Para ilmuan mendefinisikan
Azerbaijan sebagai suatu wilayah yang kini dihuni oleh bangsa Azerbaijan-Turk;
yaitu orang-orang yang mendiami sebuah kawasan yang membentang dari lereng
bagian Utara pegunungan Kaukasus di sepanjang Laut Kaspia hingga dataran tinggi
Iran.
Pada penghujung millennium
ke-4 SM dan awal millennium ke-3 SM mulai tampak adanya pertumbuhan lapisan
atas dalam kelas-kelas social yang mempunyai cirri keunggulan peradaban proto-urban
dan telah memiliki embrio struktur kenegaraan. Pada masa ini aliansi suku-suku
bangsa telah membentuk sebuah Negara Aratta, Negara Lullubum (sejak 2300 SM)
dan Negara Gutian (setelah paruh kedua 3000 SM). Pada tahun 2175 SM rakyat
Gutian berhasil menundukkan Sumer dan Akkad serta menguasainya hingga satu abad
lamanya.
Antara abad 9 hingga 7 SM,
kerajaan Mannaean mengguncang daerah sekitar Danau Urmia. Kerajaan
Simmeria-Scythia-Saka tumbuh pesat pada abad ke-7 dan 6 SM di bagian Selatan–Barat
Daya Azerbaijan. Pada pertengahan abad 6 SM kerajaan Mannaean runtuh.
Peran penting dalam sejaraha
Azerbaijan dimainkan kerajaan Atropaten yang muncul di bagian Selatan pada thun
520an SM. Kerajaan ini sangat kental dipengaruhi tradisi Hellenisme.
Negara Albania di Kaukasus
berdiri di sebelah Utara Azerbaijan pada penghujung millennium ke-4 dan awal
millennium ke-3 SM dengan sungai Araz sebagai garis perbatasan di sebelah
Selatan. Negara ini berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan-serangan
musuhnya hingga pada akhirnya ditaklukkan Romawi pada tahun 66 SM. Bangsa
Albania terdiri dari berbagai kebangsaan yang pada umumnya berbicara dalam
bahasa Turki.
2. AZERBAIJAN PADA ABAD PERTENGAHAN
Seiring dengan invasi bangsa
Arab, maka sejak awal abad ke-8 M Islam menjadi agama dominan di Azerbaijan.
Beberapa Negara baru didirikan di wilayah Azerbaijan pada abad 9 M. Negara
Shirwan dengan ibukotanya Shemakha, merupakan Negara adikuasa yang diperintah
dinasti Mezyedi. Dinasti inilah yang terutama sekali banyak memainkan peran
penting dalam sejarah Azerbaijan hingga abad 16 M. Disamping itu beberapa
Negara merdeka seperti Sajid, Salarid, Rvvadid (masing-masing berpusat
diibukota Maragha, Ardabil dan Tabriz) serta Shaddadids (dengan ibukota Ganja)
tumbuh di wilayah Azerbaijan pada abad 9 hingga abad 11 M.
Azerbaijan pernah pula
dikuasai dinasti Seljuk sejak akhir abad 11 M. Setelah berkuasa dari tahun
1136-1225, pemerintahan Atabek Eldegiz di Azerbaijan runtuh.
Keragaman populasi yang
terdiri dari penduduk asli yang berbahasa Turki dan keturunan bangsa Turki
serta kesamaan keyakinan yang dianut (Islam) telah memungkinkan berlangsungnya
proses konsolidasi bangsa Azerbaijan yang mencapai puncaknya pada abad 11 dan
12 M. Pada periode ini pula tampak perkembangan budaya Azerbaijan yang
mengagumkan yang telah menjadi warisan dunia berupa para filosof terkemuka,
arsitek, puisikus dan ilmuan-ilmuan terkenal. Kejayaan pemikiran social dan
budaya Azerbaijan pada era ini dapat dilihat dalam bentuk karya Nizami Ganjavi
(1141-1209), puisikus sekaligus filosof yang hingga kini dipandang sebagai
salah satu permata warisan khazanah peradaban dunia.
Sejak pertengahan abad 13 M,
Negara-negara di Azerbaijan jatuh dalam kekuasaan dinasti Mongol, Khulagu
(1258-1356). Pada pertengahan abad 14 M, seiring dengan bangkintya kesadaran
para penduduk pribumi untuk mengusir para penjajah, tokoh feudal setempat yang
bernama Jalairid memimpin pergerakan perjuangan dan mengambil alih kekuasaan di
Azerbaijan. Dengan dukungan para bangsawan Azerbaijan lainnya, ia berhasil
membentuk Negara Jalairid (1359-1410).
Sejak akhir abad 14 M,
Azerbaijan kembali diduduki Tamerlan dan menjadi panggung teater dalam epoh
peperangannya melawan Horde Emas.
Dinasti-dinastiAzerbaijan “Qara-Qoyunlu” dan “Aq-Qoyunlu” memerintah
Azerbaijan pada tahun 1410-1468 dan 1468-1501. Di bawah pemerintahan kedua
dinasti tersebut kekuatan Azerbaijan telah tumbuh secara signifikan. Pada tahun
1501 negara Safawid didirikan di Azerbaijan, yang kemudian disebut pula dengan
dinasti Azerbaijan yang beribukota di Tabriz. Di bawah dinasti ini, seluruh
wilayah Azerbaijan berhasil dipersatukan untuk pertama kalinya dalam sejarah
yakni menjadi satu Negara Azerbaijan. Wilayah dinasti Safawid membentang dari
Sungai Amu Darya hingga sungai Euphratdan dari Derben hingga pesisir pantai
Teluk Persia. Entitas politik ini terbentuk dan terus berkembang menjadi Negara
Azerbaijan secara essensial di mana seluruh kekuatan politik berada dalam
kendali kaum bangsawan Azerbaijan. Pegawai-pegawai senior di pengadilan, para
jenderal militer dan para gubernur diangkat dari kalangan bangsawan Azerbaijan.
Tentara juga dibentuk dari kelompok milisi yang berasal dari suku terkuat dan
berkuasa di Azerbaijan. Bahasa Azerbaijan dijadikan bahasa resmi Negara
Safawid. Pada akhir abad 16 M, ibukota negara Safawid dipindahkan dari Isfahan
dan shah mendapatkan dukungan penuh dari kalangan bangsawan Persia. Di bawah pemerintahan
dinasti Azerbaijan, negara ini berkembang dengan corak ke-Persia-an.
3. KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA KHANAT AZERBAIJAN.
AZERBAIJANTERBAGI ANTARA RUSIA DAN IRAN
Pada pertengahan abad 18 M, seiring dengan melemahnya kekuatan Shah Persia
atas wilayah Azerbaijan, negara mengalami perpecahan hingga menjadi duapuluh
khanat yaitu: Ardabil, Ganja, Derbent, Erivan, Javad, Karabakh, Karadakh, Khoi,
Maku, Maragin, Nakhchivan, Quba, Baku, Sarab, Shirvan, Sheki, Tabriz, Talysh
dan Urumi. Selain itu negara juga terpecah belah ke dalam beberapa kesultanan
yaitu Kazah-Samshadil, Ilisu, Arash, Gutgashen dan Nagorno-Karabakh, yang
banyak dihuni oleh umat Islam Azerbaijan dan sebagian umat Kristen Albania,
membentuk suatu bagian integral dalam khanat Karabakh yang meliputi wilayah
yang membentang antara sungai Kura dan Araxes. Bangsawan lokal (atau
“melikdoms”) dari Dizak, Varanda, Kachen dan Gulistan, yang seluruhnya terletak
di antara wilayah pegunungan Karabakh, juga merupakan bagian dari khanat
tersebut, dimana penduduknya bersumpah setia kepadanya sebagai daerah bawahan.
Pada penghujung abad 18 dan
pada sepertiga awal abad 19 Azerbaijan menjadi kawasan yang diperebutkan
Persia, Rusia dan Turki Usmani. Masing-masing kekuatan berupaya menancapkan
hegemoninya di Negara yang memiliki situasi dan letak strategis serta
menentukan secara geopolitik. Terjadi penambahan jumlah persenjataan khanat
guna mempertahankan kedaulatannya. Sementara itu kelompok yang lainpun
dipersenjatai sebagai upaya mempertahankan berbagai kepentingannya
masing-masing, dan atau untuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memposisikan
lawan menjadi berstatus taklukan.
Karenanya pada tanggal 14
Mei 1805 sebuah piagam kesepakatan ditandatangani di tepian sungai Kura antara
Khan Ibrahim Khalil dari Azerbaijan yang menyatakan bahwa kemerdekaan khanat
Karabakh di Azerbaijan tunduk kepada pemerintahan Rusia. Piagam ini seringkali
diangkat ke permukaan akhir-akhir ini untuk membuktikan bahwa secara historis
Karabakh merupakan bagian dari Azerbaijan.
Perang pertama Rusia-Persia
pada tahun 1804-1813 pecah untuk memperebutkan dominasi atas khanat Azerbaijan
dan berakhir dengan pembagian wilayah Azerbaijan bagi Rusia dan Persia. Piagam
perdamaian Gulistan yang ditandatangani pada tanggal 12 Oktober 1813 oleh Rusia
dan Persia telah memberikan legalitas yang mengakui aneksasi yang dilakukan
Rusia terhadap beberapa khanat di bagian Utara Azerbaijan dengan pengecualian
daerah Nakhchivan dan Erivan. Perang kedua Rusia-Persia pecah pada tahun 1826-1828
diakhiri dengan penandatanganan piagam perdamaian Turkmanchai pada tanggal 10
Pebruari 1828 yang memuat pernyataan resmi klaim Persia atas wilayah Utara
Azerbaijan serta pengakuan terhadap aneksasi yang dilakukan Rusia terhadap
Nakhchivan dan Erivan.
Penting pula dicatat bahwa
sejumlah khanat di atas, tak terkecuali Karabakh yang dianeksasi Rusia, adalah
sejatinya milik Azerbaijan. Kesemuanya adalah bangsa Azerbaijan yang
sesungguhnya, wilayah yang dikuasai oleh rakyat Azerbaijan, serta komposisi
etnis kelompok elite-feodal yang dominan (baik meliputi para khan itu sendiri,
maupun para pemilik tanah serta para pemuka agama dan lainnya).
Berdasarkan maklumat Tsar Rusia, Nicholas I, pada tanggal 21 Maret 1828 Khan
Nakhchivan dan Erivan dibubarkan serta dialihkan pemerintahannya menjadi sebuah
administrasi baru yang disebut “Armenian Oblast” dibawah kendali Rusia. Pada
tahun 1849 “Armenian Oblast” berganti nama menjadi provinsi Erivan.
Antara tahun 1828-1920,
dalam rangka mengikuti kebijakan yang bertujuan merubah keseluruhan demografi
Azerbaijan, bangsa Armenia bermaksud mengusir sejumlah besar penduduk
Azerbaijan. Lebih dari dua juta jiwa penduduk Azerbaijan terusir dari kampung
halamannya dan sejumlah lainnya tewas terbunuh. Dalam dua peristiwa pada tahun
1828 dan 1854, Rusia menduduki bagian Timur Anatolia dan dalam kesempatan ini
pula mereka telah membawa serta seratus ribu orang Armenia pindah ke Kaukasus
untuk merebut posisi orang-orang Turki (dan juga Azerbaijan) yang terpaksa beremigrasi
atau meninggal dunia.
Pada perang 1877-1878, Rusia
merampas wilayah Kars-Ardahan dengan mengusir populasi muslim dan menempatkan
tujuh puluh ribu orang Armenia sebagai gantinya. Sekitar enam puluh ribu orang
Armenia kembali ditempatkan oleh Rusia di Kaukasus dalam perang 1895-1896.
Akhirnya migrasi pada perang dunia I terjadi secara besar-besaran dimana
sekitar empat ratus ribu orang Armenia dari Timur Anatolia dipindahkan untuk
ditukar dengan empat ratus ribu orang muslim Kaukasus.
Menurut informasi McCarthy,
antara tahun 1828-1920 sekitar lima ratus enam puluh ribu orang Armenia kembali
ditempatkan di Azerbaijan. Dengan kata lain, bahwa secara aktual pasca
pendudukan wilayah Selatan Kaukasus oleh Rusia jumlah orang Armenia di bumi Azerbaijan,
khususnya di bagian Utara sungai Araxes, telah bertambah secara dramatis.
Ketika kita menengok ke
Karabakh, segera kita jumpai catatan-catatan resmi bertahun 1810 (sebelum
aneksasi Rusia) bahwa khanat Karabakh memiliki dua belas ribu rumah tangga yang
dihuni oleh sembilan ribu lima ratus jiwa orang Azerbaijan dan hanya kurang
dari dua ribu lima ratus jiwa orang Armenia. Menurut data tahun 1823, terdapat
sebuah kota di wilayah khanat Karabakh yaitu kota Susha dan enam ratus desa
yang empat ratus lima puluh diantaranya dihuni oleh orang Azerbaijan dan hanya
sekitar seratus lima puluh orang Armenia, dengan total populasi sembilan puluh
ribu jiwa. Angka-angka relative tentang rumahtangga Azerbaijan dan Armenia
di kota Susha mencatat seribu empat puluh delapan dan empat ratus tujuh puluh
empat, dan diperkirakan di daerah perkotaan lain dua belas ribu sembilan ratus
dua dan empat ribu tiga ratus tiga puluh satu.
Sejak pertengahan abad 19 M,
industri minyak tumbuh pesat di bagian Utara Azerbaijan. Untuk pertama kalinya
industri minyak berhasil diperoleh pada tahun 1848. Pada akhir abad 19 M dan
awal abad 20 M, daerah ini menyuplai 95% produksi minyak Rusia dan sekitar 50%
minyak dunia. Penghargaan-penghargaan dan Rathschilds banyak diraih karena
daya tarik minyak tersebut dan telah menjelma menjadi pendapatan yang sangat
diperhitungkan. Begitu banyak keuntungan yang diraup berkat hasil industri
minyak Azerbaijan.
4. REPUBLIK PERTAMA: REPUBLIK AZERBAIJAN (1918-1920)
Setelah revolusi 1917 di
Rusia, proses keruntuhan dan disintegrasi Imperium tersebut menjadi semakin
nyata. Situasi dan kondisi ini banyak dimanfaatkan berbagai etnis di
daerah-daerah bekas imperium Rusia untuk membentuk Negara-negara yang merdeka.
Maka pada tanggal 28 Mei 1918 Republik Demokrasi Azerbaijan diproklamasikan di
daerah bagian Timur kawasan Selatan Kaukasus. Inilah demokrasi parlementer yang
pertama di dunia Timur; suatu demokrasi yang memainkan peran historis dalam
arus kebangkitan kembali dan pembentukan kesadaran identitas etnik maupun
identitas kenegaraan bangsa Azerbaijan. Pada saat itu, pemimpin Azerbaijan
adalah Muhammad Amin Rasulzade.
Perkembangan Republik
Demokrasi Azerbaijan baik sebagai bangsa dan Negara didasarkan atas idea
“Azerbaijanisme” yang memadukan prinsip-prinsip modernisme, Islamisme dan
Turkisme, sekaligus menyimbolkan aspirasi rakyat Azerbaijan untuk maju
berdasarkan kesadaran dan keyakinan bersama terhadap peradaban Islam dan
identitas ke-Turki-an.
Selama tak lebih dari dua tahun
eksistensi gemilang parlemen Azerbaijan yang multi-partai dan koalisi
pemerintahan memimpin negeri untuk mengambil langkah-langkah penting dalam
proses pembentukan bangsa dan pembangunan negara yang meliputi bidang
pendidikan, pembentukan angkatan bersenjata, kemandirian secara finansial dan
sistem ekonomi, serta menjaga citra baik dan pengakuan dunia internasional
terhadap Republik muda ini sebagai anggota penuh dalam konteks percaturan antar
bangsa. Pada tanggal 11 Januari 1920 diadakan Konferensi Damai Paris yang
menghasilkan Piagam Versailles yang mengabadikan pengakuan secara de fakto
kemerdekaan Republik Azerbaijan.
Di penghujung tahun 1919 dan awal tahun 1920, situasi politik di Republik
Demokrasi Azerbaijan baik domestic maupun luar negeri mulai memburuk.
Azerbaijan terjebak dalam peperangan antara Entente, Rusia dan Persia, di mana
masing-masing pihak mencoba menanamkan tujuan politiknya terhadap kawasan
penting dan strategis serta kaya minyak ini.
5. REPUBLIK KEDUA: REPUBLIK SOSIALIS SOVIET-AZERBAIJAN (1920-1991).
Keputusan politik yang
diambil pemerintah Bolsheviks di Republik Sosialis Federasi Rusia untuk tidak
mengakui Republik Demokrasi Azerbaijan dengan mengirim “tentara merah ke-11” ke
Azerbaijan pada musim semi 1920, agresi yang dilancarkan rezim Dashnak Armenia
ke Azerbaijan di Karabakh dan Zangezur, kelompok-kelompok teroris Armenia dan
Bolshevik menggerogoti kedamaian penduduk Azerbaijan di Azerbaijan dan krisis
social serta ekonomi yang melanda negeri, adalah beberapa factor yang telah
menyebabkan melemahnya Republik Demokrasi Azerbaijan yang berakhir dengan
okupasi “tentara merah ke-11” pada tanggal 27-25 April 1920. Seperti dimuat
dalam telegram dari Staff Umum Front Kaukasus kepada komandan “tentara merah
ke-11” bertanggal 1 Mei 1920, menyebutkan: bahwa tentara Rusia telah
diinstruksikan untuk mengambil alih seluruh wilayah Azerbaijan yang terdapat
dalam wilayah Imperium Rusia, tanpa melanggar perbatasan dengan Persia.
Selama tujuh puluh tahun
berikutnya, sebagai bagian dari Republik Sosialis Uni-Soviet, dapat dianggap
sebagai sebuah tahapan baru dan penting dalam perkembangan Negara Azerbaijan
karena selama itu pula Republik Sosialis Soviet-Azerbaijan telah mengalami
pertumbuhan dan perkembangan secara social, ekonomi dan budaya.
Selama era Soviet daerah
bagian Nakhchivan dan wilayah-wilayah lainnya telah dianeksasi teroris
Zangezur, Goycha, dan digabungkan dengan tetangganya, Armenia. Sebagai
akibatnya, wilayah territorial Negara yang pada masa Republik Demokrasi
Azerbaijan seluas 114.000 km2 telah berkurang pada tahun 1920-1921 menjadi
hanya 86.600 km2. Terlebih lagi pada tanggal 7 Juli 1923, atas inisiatif para
pemimpin Moskow-Bolshevik, daerah otonom Nagorno-Karabakh yang secara dominan
telah dihuni populasi Armenia, secara artificial dicerabut dari cakupan wilayah
territorial sejarah Karabakh, yang dulunya dihuni mayoritas orang-orang
Azerbaijan.
Kebijakan tersebut merupakan
langkah awal kampanye politik untuk menganeksasi Nagorno-Karabakh dari bekas
wilayah Azerbaijan.
6. REPUBLIK KETIGA: REPUBLIK AZERBAIJAN.
Pada tahun 1988-1990,
gerakan nasional-demokratik di Azerbaijan mengkampanyekan pentingnya melakukan
restorasi kemerdekaan Negara. Pada tanggal 23 September 1989, Azerbaijan
merupakan salah satu Negara pertama yang memutuskan untuk segera mengakhiri
kekuasaan Republik Soviet.
Dalam rangka menekan gerakan
ini pada tanggal 20 Januari 1990 dengan restu para pemimpin Soviet di bawah
kepemimpinan Mikhail Gorbachev, beberapa unit tentara Soviet dikirim ke Baku.
Tindakan represif pasukan ini cenderung sangat brutal sehingga mengakibatkan
ratusan jiwa rakyat Azerbaijan yang tak berdosa jatuh menjadi korban.
Situasi gawat darurat segera
diumumkan dan terus berlanjut hingga pertengahan tahun 1991. Perjuangan yang
tak mengenal lelah terus dilakukan para pejuang patriotik Azerbaijan hingga
akhirnya berbuahkan Deklarasi Dewan Tertinggi Republik Azerbaijan tanggal 31
Agustus 1991 tentang restorasi kemerdekaan Republik Azerbaijan.
Deklarasi tersebut
mengukuhkan kemerdekaan Negara Republik Azerbaijan dan menyempurnakan
perjalanan panjangnya pada tanggal 18 Oktober 1991 dengan tersusunnya fondasi
kenegaraan Azerbaijan yang merdeka, serta terumuskannya prinsip-prinsip politik
dan struktur perekonomian. Dengan deklarasi tersebut Republik Azerbaijan sekali
lagi, setelah tujuh puluh satu tahun lamanya, menjadi negara yang merdeka.
Pada tahun 1991 Azerbaijan
menjadi negara anggota OKI, PBB, UNESCO dan pada tahun 1992 menjadi anggota
Konferensi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (CSCE), yang kini dikenal dengan
Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE). Pada tahun 1996 masuk
keanggotaan Dewan Eropa, dan pada tahun 1997 menjadi anggota GUAM serta
lainnya. Dewasa ini Azerbaijan telah menjadi anggota penuh pada sebagian besar
organisasi-organisasi regional maupun internasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar