Selasa, 06 Mei 2014

Negara Gabon


 
Gabonese Republic atau Republik Gabon, negara kecil seluas negara bagian Colorado Amerika Serikat, terletak di tepi pantai laut Atlantik, Afrika Barat, adalah negara unik. Dikatakan unik, karena mempunyai seorang presiden, El Hadj Omar Bongo Ondimba yang beragama Islam di tengah-tengah masyarakatnya yang hampir 75% menganut agama Kristen, sedangkan Islam hanya dianut oleh 1%. Hebatnya lagi, Omar Bongo bertahan sebagai presiden selama hampir 40 tahun lamanya, tanpa gejolak yang berarti.
Gabon hanya berbatasan dengan tiga negara, yaitu Kamerun, Republik Congo dan Equatorial Guniea. Mempunyai luas wilayah 267.667 km2, beriklim: tropis, panas dan lembab. Jumlah penduduk hanya berkisar 1.389.201 jiwa, dengan angka pertumbuhan sebesar 2,45% per-tahun, angka kelahiran rata-rata 36,24 per-1000 dan angka kematian 11,72 per-1000. Mayoritas dihuni Negro Bantu (Fang, Bapounou, Nzebi, dan Obamba). Agama Kristen dianut sekitar 55%-75%, Islam 1%, dan selebihnya penganut animisme. Bahasa nasional mereka adalah Perancis, di samping ada bahasa lokal Fang, Myene, Nzebi, Bapounou dan Bandjabi.
Ekonomi
Gabon termasuk dalam deretan negara kaya di benua hitam Afrika, khususnya di Afrika Barat. Dalam kurun empat dekade, Gabon menikmati income per-kapita yang sangat tinggi yaitu sekitar US $ 5,800,- hal ini didukung oleh berkurangnya kemelaratan dan kemiskinan di negara tersebut. Pada tahun 1970-an, ekonomi Gabon sangat bergantung pada kayu dan tambang mangan, namun seiring ditemukannya sumber minyak, Gabon melejit menjadi negara kaya. Namun bagaimanapun juga, badai ekonomi pernah menerpa Gabon, yaitu pada tahun 1994 dan 1996, dan berlanjut pada tahun 2000, sehingga memaksa Gabon membuat perjanjian dengan Paris Club untuk re-schedule hutang-hutangnya. Jumlah angkatan kerja cukup banyak sekitar 640.000 orang, sebagain besar (60%) diserap oleh pertanian, 25% industri dan 15% bidang jasa. Pertumbuhan ekonomi mencapai 2,1%, sedangkan inflasi 1,5%, Hasil tambang meliputi minyak dan gas alam, berlian, emas, uranium, mangaan, batubara, kayu dan niobium. Sedangkan hasil pertaniannya berkisar pada coklat, kopi, gula, minyak nabati (sawit), karet dan ikan.
Komoditi yang diekspor meliputi minyak, kayu dan uranium senilai US $ 5.813 milyar, dengan negara tujuan Amerika Serikat, Cina dan Perancis. Sedangkan komoditi importnya adalah makanan, mesin dan peralatan, kimia dan alat-alat konstruksi. senilai US $ 1.533 juta, berasal dari Amerika Serikat, Perancis, Inggris dan Bedlanda (Indonesia termasuk di dalamnya). Mata uang GabonCommunaute Financiere Africaine Francs (XAF) dengan nilai US $1,- = 521,74 XAF.
Sejarah Pemerintahan
Gabon yang beribukota di LIBREVILLE, terbagi dalam 9 propinsi, memperoleh kemerdekaan dari Perancis pada tanggal 17 Agustus 1960. Suku Babinga atau Pygmi dipercaya sebagai penghuni pertama di Gabon, yaitu sekitar tahun 7000 sebelum masehi, lalu diikuti oleh Negro Bantu yang berasal dari tenggara dan timur Gabon, 25%nya bermarga Fang yang pada akhirnya mengusai Gabon dan kemudian membentuk sebuah kerajaan Loango. Bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di Gabon adalah Portugis. Mereka mendarat di bibir sungai Como dan memberi nama daerah tersebut dengan sebutan Rio de Gabao atau river of Gabon, di kemudian hari Gabon dijadikan sebagai nama negara tersebut. Menyusul Belanda pada 1593 dan Perancis tahun 1630. Pada tahun 1839, Perancis untuk pertamakalinya mendirikan perkampungan di Gabon, dan akhirnya pada tahun 1888, secara resmi, Gabon dijadikan sebagai salah satu territorynya. Pada tahun 1910, Gabon bersama empat negara lainnya di Afrika Barat menjadi French Equatorial Africa sebagai negara federasi di bawah kendali Perancis. Pada tahun 1958, Gabon memperoleh otonomi dari Perancis, dan akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1960, memperoleh kemerdekaan penuh.
Perjuangan memperoleh kemerdekaan dari Perancis sangat berat, dan suku Fang yang dimotori oleh Leon M’ba menjadi inspirator. Oleh karena itu, pada pemilu pertama yang diselenggarakan pada tahun 1961, Leon M’ba terpilih sebagai Presiden. Pada tahun 1964, Leon M’ba dikudeta oleh militer yang dikomandoi Jean-Hilaire Aubame (hanya berkuasa selama dua hari) namun dapat digagalkan. Leon M’ba wafat karena sakit pada tahun 1967, dan digantikan oleh Albert Bernard Bongo yang saat itu menjadi Wakil Presiden. Pada tahun 1973, Bongo membuat kejutan besar bagi seluruh rakyat Afrika, khususnya rakyat Gabon, ketika beliau masuk Islam dan mengantikan nama beliau menjadi Omar Bongo. Setelah berhaji, beliau menambahkan namanya menjadi El Hadj Omar Bongo Ondimba. Beliau termasuk salah satu presiden terlama di dunia, karena pada pemilu 27 Nopember 2005, beliau terpilih kembali menjadi presiden Gabon dengan mengantongi 79,2% suara, untuk masa jabatan 7 (tujuh) tahun (2012).
Perkembangan Islam di Gabon
Tidak pelak lagi bahwa penyebaran Islam di Afrika, sebagaimana dirilis oleh situs ‘exploringafrica’ melalui dua pintu, pertama pintu timur dan pintu utara. Dari timur melalui Lautan Hindia, dan dari arah utara melalui padang pasir yang kering dan tandus, dan dengan melalui dua pintu tersebut, Islam tumbuh dengan cara yang cerdas, sehingga menumbuhkan gerak budaya tinggi di Afrika.
Mencermati penyebaran Islam di Afrika Barat, Islam datang dari utara melalui peran suku Berber yang begitu gigih menyeberangi Sahara dan Sahel untuk menyebarkan Islam kepada penduduk pribumi Afrika. Mereka berdakwah sambil berdagang garam dan kebutuhan pokok lain untuk ditukar dengan gading, budak dan emas. Mereka sampai di Afrika Barat pada abad ke-12. Para pedagang muslim datang ke Afrika Barat bukan untuk memurtadkan mereka, namun mereka hanya mempraktekkan ajaran Islam selama berdagang, dan akhirnya penduduk maupun pemerintahan setempat tertarik dan menjadikan cerdik cendikia muslim sebagai penasehat. Setelah suku Berber, suku Fulani adalah suku Afrika pertama yang memeluk Islam dan menjadi ‘misionaris Islam’ paling handal di Afrika Barat. Suku Fulani bersama suku Hausa, Tuareg, Wolof, Soninke adalah suku-suku besar yang mendirikan kerajaan-kerajaan Islam di Mali, Niger, Senegal, Gambia, Guinea, Ghana, Nigeria .
Tak jelas sejak kapan Islam masuk ke Gabon, namun ditengarai gelombang masuknya Islam di Afrika Barat melalui Mali, Niger, Senegal, Gambia, dan Guinea. Peran suku Fulani sangat besar dalam mengislamkan sebagian masyarakat Gabon. Tak jelas pula mengapa Presiden Gabon, Al Hadj Omar Bongo Ondimba yang mayoritas penduduknya beragama Kristen bertekat bulan memeluk Islam pada tahun 1973. Namun ada rumor yang menyatakan bahwa masuknya Omar Bongo ke Islam adalah karena pengaruh kawan-kawannya di OPEC.
Pemeluk Islam di Gabon hanya berkisar 1%, dan pemeluknya sudah sangat dikenal oleh penduduk Afrika Barat, yaitu Fulani (Fulbe), Hausa, Wolof, Soninke dan Arab. Walaupun hanya berjumlah 1%, sebagaimana dirilis oleh situs ‘state.gov.’ muslim Gabon mempunyai pengaruh yang signifikan, dan pada kenyataannya, Islam dipraktekkan oleh 12% penduduk Gabon. 12% penduduk tersebut adalah orang asing yang berasal dari negara-negara tetangga di Afrika Barat yang mempunyai jumlah penduduk muslim terbesar, antara lain Senegal, Gambia, Guinea, Niger, Nigeria, Mali, Burkina Faso dan Pantai Gading. Sebagaimana diketahui, Al Hadj Omar Bongo menjadi Presiden Gabon sejak tahun 1967, dan pada tahun 1973 memeluk Islam, tentu saja mempunyai pengaruh besar terhadap tata nilai masyarakat Gabon. Oleh karena itu, pada pemilu 2005 beliau didukung hampir 80% rakyat Gabon. Ini menunjukkan, bahwa Omar Bongo mempunyai pengaruh yang sangat kuat di Gabon. Beliau dikenal sebagai ‘peacemaker’ dalam memecahkan masalah di negara sekitar, antara lain di Republik Afrika Tengah, Congo-Brazzaville, Burundi dan Democratic Republic of Congo. Ditengarai, bahwa putra beliau, Ali Bongo, yang saat ini menjadi Menteri Pertahanan, diprediksi akan menggantikan Omar Bongo sebagai presiden Gabon mendatang.
Islam di Gabon mempunyai aktivitas sebagaimana dilakukan oleh pemeluk Katholik dan Protestan, yaitu mendirikan sekolah yang pengawasannya dilakukan oleh Departemen Pendidikan setempat. Mereka juga mempunyai hak yang sama mensyiarkan agama masing-masing melalui bebarapa radio maupun televisi untuk menyiarkan program-program keagamaam mereka. Pemerintah memfasilitasi pertemuan periodik antar pemimpin agama, Katholik dan Islam, baik tahunan maupun dua tahunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar