Siprus adalah sebuah pulau yang
berada di Laut Tengah yang masyarakatnya terpengaruh dari dua jenis negara
yaitu Yunani dan Turki. Secara sejarah, Siprus pernah di datangi oleh
orang-orang dari Yunani, Asyria, Mesir, Romawi, dan Turki yang berkunjung dan
kemudian menetap di pulau terbesar ketiga di laut mediterania tersebut.
Siprus adalah negara yang pertama kali dimasuki oleh ajaran
agama Kristen dan mayoritas masyarakat Siprus pun memeluk agama Kristen
Ortodoks. Ketika kekuasaan Byzantium runtuh, datanglah kekhalifahan Othmaniah
yang datang membawa ajaran agama Islam pada pertengahan abad ke-16, dan
kepemimpinan Othmaniah ini memberikan izin tinggal kepada 20.000 penduduk
muslim. Ketika itu, tentulah tidak disadari, bahwa pemukiman tersebut pada
akhirnya dapat melahirkan konflik etnis yang berkepanjangan antara keturunan
Yunani yang Kristen dan keturunan Turki yang Islam. Kekhalifahan Othmaniah lalu mengadakan perjanjian dengan
Inggris untuk mengantisipasi serbuan Rusia setelah di sejumlah wilayah
pasukannya dipukul mundur oleh Rusia. Perjanjian itu menyatakan Siprus di bawah
administrasi Inggris, meski tetap termasuk dalam daerah kekuasaan Turki
Othmaniah. Pada masa inilah masyarakat Turki banyak berimigrasi ke Siprus dan
membentuk keluarga sehingga budaya Turki cukup melekat di Siprus. Pada akhirnya
ketika pecah Perang Dunia I, perjanjian itu dibatalkan karena Turki yang
memihak kepada Jerman dan otomatis membuat Inggris membatalkan hak Turki ke
atas Siprus.Secara geografis, Siprus adalah wilayah Asia namun uniknya
Siprus memiliki pengalaman sejarah, kultur dan politik yang lebih dekat ke
Eropa daripada Asia. Secara umum, kondisi Siprus
(Selatan) dalam masa sebelum masuk ke Uni Eropa penuh instabilitas, baik
politik maupun ekonomi. Hal ini disebabkan oleh konflik yang begitu lama antara
Utara dengan selatan yang masing-masing mendapatkan dukungan dari Turki dan
Yunani. Keadaan yang demikian menjadikan tidak banyak yang bisa dikerjasamakan
antara keduanya, maupun dengan Negara lain. Karena salah satu tuntutan agar
dapat menjalin kerjasama dengan Negara lain adalah stabilitas sebuah Negara
atau lingkungan domestic yang kondusif. Dengan demikian, maka konflik antara
siprus utara dengan selatan, memberikan stagnansi ekonomi bagi keduanya. Dilihat
dari kondisi sosial dan kebudayaan, konflik yang memecah Siprus
dilatarbelakangi oleh perbedaan identitas, agama, ideology dan hal-hal yang
asasi lainnya. Hal inilah yang kemudian selalu menjadi bahan bakar terjadinya
konflik. Identitas yang satu berusaha untuk menunjukkan eksistensinya maupun
dominasinya dengan cara menihilkan pihak lain. Sehingga masa sebelum masuknya
Siprus (Selatan) menjadi anggota Uni Eropa masih memiliki kelemahan diberbagai
bidang, begitu juga dengan yang dirasakan Siprus Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar