Kamis, 01 Mei 2014

Negara Siprus


Siprus adalah sebuah pulau yang berada di Laut Tengah yang masyarakatnya terpengaruh dari dua jenis negara yaitu Yunani dan Turki. Secara sejarah, Siprus pernah di datangi oleh orang-orang dari Yunani, Asyria, Mesir, Romawi, dan Turki yang berkunjung dan kemudian menetap di pulau terbesar ketiga di laut mediterania tersebut. Siprus adalah negara yang pertama kali dimasuki oleh ajaran agama Kristen dan mayoritas masyarakat Siprus pun memeluk agama Kristen Ortodoks. Ketika kekuasaan Byzantium runtuh, datanglah kekhalifahan Othmaniah yang datang membawa ajaran agama Islam pada pertengahan abad ke-16, dan kepemimpinan Othmaniah ini memberikan izin tinggal kepada 20.000 penduduk muslim. Ketika itu, tentulah tidak disadari, bahwa pemukiman tersebut pada akhirnya dapat melahirkan konflik etnis yang berkepanjangan antara keturunan 
Yunani yang Kristen dan keturunan Turki yang Islam. Kekhalifahan Othmaniah lalu mengadakan perjanjian dengan Inggris untuk mengantisipasi serbuan Rusia setelah di sejumlah wilayah pasukannya dipukul mundur oleh Rusia. Perjanjian itu menyatakan Siprus di bawah administrasi Inggris, meski tetap termasuk dalam daerah kekuasaan Turki Othmaniah. Pada masa inilah masyarakat Turki banyak berimigrasi ke Siprus dan membentuk keluarga sehingga budaya Turki cukup melekat di Siprus. Pada akhirnya ketika pecah Perang Dunia I, perjanjian itu dibatalkan karena Turki yang memihak kepada Jerman dan otomatis membuat Inggris membatalkan hak Turki ke atas Siprus.Secara geografis, Siprus adalah wilayah Asia namun uniknya Siprus memiliki pengalaman sejarah, kultur dan politik yang lebih dekat ke Eropa daripada Asia. Secara umum, kondisi Siprus (Selatan) dalam masa sebelum masuk ke Uni Eropa penuh instabilitas, baik politik maupun ekonomi. Hal ini disebabkan oleh konflik yang begitu lama antara Utara dengan selatan yang masing-masing mendapatkan dukungan dari Turki dan Yunani. Keadaan yang demikian menjadikan tidak banyak yang bisa dikerjasamakan antara keduanya, maupun dengan Negara lain. Karena salah satu tuntutan agar dapat menjalin kerjasama dengan Negara lain adalah stabilitas sebuah Negara atau lingkungan domestic yang kondusif. Dengan demikian, maka konflik antara siprus utara dengan selatan, memberikan stagnansi ekonomi bagi keduanya. Dilihat dari kondisi sosial dan kebudayaan, konflik yang memecah Siprus dilatarbelakangi oleh perbedaan identitas, agama, ideology dan hal-hal yang asasi lainnya. Hal inilah yang kemudian selalu menjadi bahan bakar terjadinya konflik. Identitas yang satu berusaha untuk menunjukkan eksistensinya maupun dominasinya dengan cara menihilkan pihak lain. Sehingga masa sebelum masuknya Siprus (Selatan) menjadi anggota Uni Eropa masih memiliki kelemahan diberbagai bidang, begitu juga dengan yang dirasakan Siprus Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar